Cerpen yang Memotivasi "SAYA MAMPU"



       
 SAYA MAMPU!


        Aku yang hanya seorang anak dari buruh yang baru mampu bermimpi berjalan diatas bulan. Menapaki tanah diantara pesawahan yang luas bak permadani hijau tercantik di bumi. Sungguh indah alam Kuasa-Nya membuat hidup seakan tak punya derita yang mampu tundukkan lara . Itulah aku yang hanya punya satu sepatu sebagai tumpangan untuk mengejar sesosok cahaya yang saatnya nanti pasti menjahit pedih dan luka dua hati berlian di hidupku yang mendidikku sampai setegar ini. Merekalah orangtua yang bagaikan malaikat dari langit khusus untukku.
        Dia yang sedang berbaring diatas sebuah kapuk 10 cm dari lantai dengan sebuah tasbih di tangannya. Aku melihat dari sebuah jendela sedikit terbuka , dan lirihnya hati ini, tak kuat ini hati melihatnya . “sembuhkan ibuku Tuhan.. biarlah aku yang menggantikan rasa sakit yang ia derita” doaku setiap kali dalam solat, kuangkatkan kedua tangan dan meminta kepada Sang Pemilik Hidup .
“buu aku berangkat yaa, assalamualaikum”
“ iya nak, hati-hati dijalan “
Aku berlari dengan sedikit terburuburu karena hari ini kebagian piket kelas .
“Ani,Fina,Rina , ayo ikut ibu ke ruang guru” . ibu Evi memanggil kami pagi sekali saat lonceng sama sekali belum berbunyi. Ternyata kami akan diseleksi siapa yang akan mewakili sekolah untuk lomba carpon . Carpon adalah singkatan dari carita pondok, yaitu mengarang cerita pendek dalam bahasa sunda. Ibu guru memilih kami sebagai kategori karena tulisan kami bagus dan punya potensi katanya.
“Apa yang bisa kulakukan , entahlah semoga ini jalanku...” doaku dalam hati .
Beberapa minggu berlalu dan kamipun menyerahkan beberapa hasil karangan yang telah dibuat .  Ternyata karanganku yang paling baik . dan aku terpilih untuk mewakili sekolahku ke tingkat kecamatan .
        Waktu berlalu begitu cepat , saat itu 12 Juli 2010 aku berlomba membuat karangan carpon dengan peserta sebanyak 60 orang lakilaki dan perempuan yang mewakili tiap sekolahnya . aku mengarang carpon yang berjudul “Hanjakal Tara Tiheula” yang ditulis di 4 lembar kertas polio tulis tangan menggunakan tulisan sambung.
        Pengumuman hasilpun dibuka . Dan aku menjadi juara 1 tingkat kecamatan yang akan mewakili kecamatan di tingkat kabupaten . “Alhamdulillah buu Aku dapet juara 1” . Ibuku bahagia mendengarnya . “lebih giat lagi yaa sayang “ itu yang selalu ibu katakan .
        2 hari kemudian di ruang kelas , Nina menghampiriku
        “heh, dengerdenger katanya yang akan akan mewakili kecamatan lomba carpon itu Fitri, kenapa tidak kamu Ani yang jelasjelas menang lomba” tanya Nina
        “apa? Memangnya kata siapa kamu”
        “kata bu Evi kemarin kalau tidak salah “ sontak saat itu pula aku kaget dan sangat kebingungan . “benarkah ini” tanyaku dalam hati . Saat itu pula segera aku menemui bu Evi dan menanyakannya langsung . Dan ternmyata itu memang benar dan alasannya katanya karangan Fitri lebih bagus daripada karanganku .  Apa dayaku hanya bisa pasrah karena siapalah aku dibandingkan Fitri yang jelasjelas pintar,dari keluarga kaya ,baik pula. “Apa yang harus aku katakan kepada ibuku, jika kukatakan dia pasti sangat kecewa. “ .
        Akupun pulang ke rumah dan bertingkah seperti biasanya seolah tidak ada apaapa.
“lagi mengarang lagi ya nak , berusahalah 2 hari lagi kamu berlomba di tingkat kabupaten kan, ini ibu buatkan susu untukmu “
“iya bu makasih” jika kukatakan yang sebenarnya.....huuuuuh.
        Sehari sebelum lomba ternyata Fitri jatuh sakit dan dia tidak jadi ikut lomba. Akhirnya Ibu Evi memintaku menggantikannya.
“Ani kamu bsok lomba di kabupaten” ucapnya dengan nada jutek seperti tak percaya dengan kemampuanku. Memang begitu Bu Evi dari dulu dia hanya baik kepada anak anak orang ternama atau anak dari temannya , sementara anak dari orang bisa tak terlalu ia perhatikan dan dingin sedingin kulkas sikapnya. Sisi lain, mungkin dewi fortuna telah berpihak kepadaku dan jelas aku sangat senang jadi ikut lomba , akan kubuktikan kemampuanku .
        Sesampainya di rumah, rumah tak dikunci dan tak ada siapasiapa dirumah . kemudian ada tetanggaku menghampiri .
“Neng , bu Euis barusan dibawa ke Rumah Sakit kondisinya memburuk , eneng lansung saja ke rumah sakit.”
“Astagfirulloh” aku bergegas pergi ke rumah sakit sambil air mata bercucuran.
         Di rumah sakit aku bertanya kepada receptionis dan langsung pergi ke ruangan ibuku dirawat. Ternyata aku tak bisa masuk karena ibuku sedang di ruang UGD . Aku hanya menangis dekat jendela bersama ayah dan kakakku melihat ibuku yang sedang dikerumuni dokter dan bersama  berdo’a kepada Allah agar ibu diselamatkan . dia harus langsung diopersi .Fikirku tak karaun , tak sedikitkun aku memegang pulpen ataupun buku untuk mempersiapkan lomba. Dan rasanya aku tak ingin ikut lomba , lebih baik aku di sini menemani ibuku .
        3 jam telah berlalu dan ibuku dibawa ke ruang rawat biasa , alhamdulillahnya ia sudah sadar .
“Ani..”
“iya bu, ini Ani “
“kamu cepat tidur, besokkan kamu harus lomba”
“Tidak bu , saya tidak ingin ikut lomba, saya ingin di sini saja bersama ibu”
“jangan gitu, ibu tidak apaapa kok, bsok kamu ikut saja”
“Tidak bu , tidak”
“Ani sayang pikirkan mana yang lebih baik, ibu tidak akan memaksa kok, tapi menurut ibu , ani lebih baik ikut lomba, kan ani sudah dikasih kepercayaan dan tanggung jawab untuk itu”
Akupun keluar dari ruangan itu sembari bingung ikut atau tidak . Aku memikirkannya bulak balik baik buruknya . “ya Allah jika ini jalan terbaik ku mohon lancarkanlah dan beri aku kekuatan” sedikit ragu juga karena fikiranku sedang kacau begini tetapi aku akan berusaha sebaik mungkin .
        Hari itu pun tiba , aku pamit dari rumah sakit meminta do’a kepada ayah ibu dan kakakku . Aku berangkat bersama orang orang dari sekolahku yang ikut lomba pidato dan puisi . Aku duduk di kursi paling belakang di mobil dan tak satupun orang yang bertanya kepadaku . Aku diam saja apaalah aku .
        Setibanya di halaman sekolah sd sukasenang Singaparna kamipun turun . Guru guru menggandeng yang dan mempersiapkan segalanya untuk lomba sekarang . Sedangkan aku? Hanya sibuk mengurus diri sendiri tanpa bantuan dari guru pembimbing , serasa jadi orang asing dan seolaholah gaib tak ada yang memperhatikanku . “aku bisa kok sendiri” ucapku menguatkan dirisendiri . Yang lainnya berjalan digandeng oleh guruguru dan aku hanya mengikuti saja dari belakang . apa bedanya aku dengan yang lainnya? Aku sadar bukan dari keluarga berada, tapi mengapa harus ada pembedaan hak , dan kasta . Sedih kala itu serasa dianak tirikan . Selain diriku sendiri siapa lagi yang akan menguatkan . Saat itu juga aku memikirkan ibu , bagaimana kondisinya?apakah membaik atau memburuk? Fikiranku kacau tak karuan .
        Saat orang lain jajan berendeng bersama ayah ibu dan guru pembimbingnya, aku sedikit iri “mungkin jika ibuku sehat aku juga akan seperti mereka” gerutuku dalam hati . Ketika itu aku hanya memegang perutku dan diniati hari ini puasa, belum lagi aku lupa tidak bawa uang .
        Lombapun dimulai , aku diantar Ibu Evi ke ruanganku untuk lomba . Tak sedikitpun katakata terucap dari mulutnya . Ia sangat dingin . Matanya yang melihatku seolah jijik dan mungkin fikirnya apalah seorang “aku” . “Bismillahhirrahmaanirrahim” awalku sebelum prung lomba dimulai dengan peserta 120 orang mewakili kecamatannya .
        Usai lomba aku menghampiri orangorang dari sekolahku dan ikut menunggu pembukaan juara . Dan ternyata dari sekolahku pusi dan pidato dapat juara 2 sedangkan untuk carpon akan dibuka seminggu kemudian . “orang sehebat mereka Cuma dapet juara 2 apalagi aku , bagai pungguk merindukan bulan mungkin ".
        Seminggu kemudian . Aku tak terlalu menunggu pengumuman juara itu ,lagipula  yang kuinginkan hanya ibu segera sembuh dan pulang ke rumah . Kemudian ada sms masuk ke hpku dan isinya "Ani kamu juara pertama mengarang carpon putri tingkat Kabupaten" dari pak Eko. Saat itu pula aku langsung pergi ke sekolah dan memastikan kabar itu benar atau tidak .
“bapak, ini beneran?”
“beneran Ani, kamu akan mewakili kabupaten tasikmalaya ke tingkat Provinsi yang akan diadakan di Bandung” .
        Akupun menangis terharu dan segera kembali ke rumah sakit untuk memberitahukan berita bahagia ini kepada keluargaku .
        Langsung saja kuberitahu ibu dan kala itu ibu menangis bahagia di ranjang RS yang hanya dibalut kain putih . Ibu bersyukur tanpa henti kepada Sang Kuasa . Senangnya aku melihat ibu sebahagia itu .
“Ibu bangga nak”
Bu, kalo ibu tau bagaimana di sana aku..... . Kuceritakan semua yang kualami dan Ibuku hanya berkata
“Itulah hidup nak,dalam khayalmu pasti mudah dan mulus jalan yang akan kamu lalui,tapi hidup tak seperti itu , pasti banyak rintangan dan kepedihan yang harus dialami sebelum mencapai kesuksesan”
        Dan Alhamdulillah ,aku mewakili kabupaten ke tingkat Provinsi .
“Maafin ibu ya Ni,ibu hanya memandang sebelah mata kepada kamu”
“iya ibu, tidak apaapa kok”
Sejak saat itu aku dibimbing dengan sebaikbaiknya oleh bu Evi ,dia yang mengantarku ke kantor Kabupaten pelatihan . Aku terus giat dan giat berlatih dan berusaha , tapi mungkin ini tak selalu berhasil, di tingkat provinsi aku hanya mendapat juara harapan 1 .

Komentar

Postingan Populer