LAPORAN HASIL ANALISIS NOVEL “DILAN BAGIAN KEDUA” KARYA PIDI BAIQ

LAPORAN HASIL ANALISIS NOVEL “DILAN BAGIAN KEDUAKARYA PIDI BAIQ


Disusun untuk memenuhi tugas Ujian Sekolah (US) Praktik
mata pelajaran Bahasa Indonesia

                                                                          









Disusun oleh:
RURI RATUREKA
KELAS XII  RPL




PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
DINAS PENDIDIKAN
SMK NEGERI MANONJAYA

2017
A.      Sinopsis
Novel kedua ini merupakan lanjutan dari novel pertama, jika di novel pertama bercertia mengenai masa Milea bertemu Dilan dan proses Milea bisa menyukai dan dekat dengan Dilan.
Di novel kedua ini bercerita mengenai masa mereka berdua ketika sudah jadi pacar yang dinyatakan dengan lisan dan tulisan bermaterai.
Milea pun kembali bercerita tentang kisah percintaannya dengan Dilan. Seperti orang yang baru jadian pada umumnya, Milea mengalami masa yang indah di SMA sesudah resmi jadi pacar Dilan. Ketika guyuran hujan menerpa, Dilan menggunakan motor CB dengan Milea di belakangnya. Milea dengan erat memeluk Dilan. Mereka berdua jalan-jalan menyusuri Jl. Buah Batu sembari ketawa riang, itu semua berkat Dilan yang selalu membuat hari-hari Milea bahagia.
Jawaban yang diberikan Dilan selalu saja membaut Milea tersenyum, Dilan pun termasuk orang yang cerdas dan pintar di kelasnya, buktinya dia selalu mendapatkan ranking satu atau dua. Meski Milea merasa khawatir dengan Dilan yang bergabung dengan geng motor, karena Melia takut terjadi hal yang buruk menimpa Dilan karena geng motor.
Ketika itu, sekolah tidak ada kegiatan belajar mengajar sebab para guru sedang melakukan rapat untuk mempersiapkan pembagian rapor. Milea merasa tidak enak dengan kejadian Dilan berkelahi dengan Anhar sebab membela dirinya. Milea merasa takut dan cemas jika nantinya Dilan dikeluarkan dari sekolah. Tiba-tiba, datang Piyan memberitahu Milea bahwa Dilan berkelahi di warungnya Bi Eem.
Milea pun panik mendengar berita itu dan langsung menuju ke tempat Dilan berada. Ketika Milea bertanya berkelahi dengan siapa, Dilan malah menjawab “Agen CIA”. Mendengar jawaban dari Dilan yang seperti itu membuat Milea kesal dan khawatir, apabila terjadi sesuatu lagi dengan kekasihnya itu. Seperti biasanya, Dilan selalu tenang dalam menghadapi permasalahan. Malahan Dilan sempat-sempatnya bercanda ketika Milea merasa panik. Hal itu sengaja Dilan lakukan supaya meredamkan hati Milea.
Sampai pada suatu malam, Milea ditelpon Piyan, bahwa Dilan sudah tahu orang yang mengeroyok yang disebut Dilan agen CIA tempo hari. Ternyata orang yang mengeroyoknya di warung Bi Eemi adalah kakaknya Anhar. Dilan pun berencana untuk membalas, dia memanggil teman-temannya untuk balas dendam.
Ketika itu Milea yang ingin menyusul untuk menggagalkan rencananya Dilan bingung karena tidak ada kendaraan, untungnya Yugo anaknya Tante Anis yang baru pindahan dari luar negeri sedang berada di rumah Milea. Milea pun berpura-pura mengajak Yugo untuk jalan-jalan. Pada akhirnya, Milea bertemu denga Dilan. Dia membujuk Dilan supaya membatalkan rencana balas dendamnya dengan ancaman apabila tetap bersikeras balas dendam akan memutuskan hubungan mereka.
Mereka sering berdebat tentang masalah geng motor, Dilan tidak pernah merasa kapok walaupun dia sempat dimasukkan ke penjara 1 minggu dan diusir oleh ayahnya sebab penyerangan antara geng motor.
Perasaan Milea yang takut dengan keselamatan kekasihnya itu sangat besar, sampai-sampai kata putus keluar dari Milea lalu disusul dengan tamparan darinya. Dilan tidak saja tidak mengerti, kesedihan melanda hati Milea, sebab Dilan tidak suka jika dikekang, dari peristiwa itu Dilan menjauh dari Milea. Sampai dengan selesai, Milea kembali ke Jakarta dan kuliah di sana. Sedangkan Dilan kuliah di universitas ternama di bandung. Jarak antar keduanya saling menjauh, tapi suasana hati Milea masih sama, hanya kepada Dilan. Makin lama Dila menghilang, Milea berusaha untuk selalu menghubungi Dilan, akan tetapi keluarga Dilan sudah pindah rumah. Milea pun kehilangan jejak Dilan.
Sampai akhirnya, Milea bertemu Herdi yag merupakan kaka tingakat dari tempat dia kuliah. Herdi mulai mengisi keseharian Milea, sampai mereka menuju ke pernikahan, Milea selalu mencintai Dilan, tapi Dilan sudah memiliki kekasih baru.
Itulah kisah rindu Milea dalam Novel Dilan dengan judul “Dia adalah Dilanku tahun 1991”.
B.       Unsur Intrinsik
1.      Tema
Novel ini bertema Percintaan
Bukti :“ Judulnya hampir sama, tetapi Cuma beda tahunnya saja. Buku kedua ini adalah periode berikutnya yang akan menceritakan saat-saat aku sudah mulai berpacaran dengan Dilan di tahun 1991! ”
2.      Latar
a.       Latar Sosial Budaya
“Dulu, anak-anak geng motor, hampir pasti adalah anak dari keluarga ekonomi menengah ke atas karena faktanya hanya kalangan merekalah yang mampu beli motor. Berbeda dengan sekarang, rasanya hampir semua orang sudah bisa beli motor. Udah pada kaya atau karena jaman sekarang sudah ada kemudahan kredit.
Berarti, dengan begitu, pada zaman dulu, syarat untuk bisa menjadi anggota geng motor adalah, selain mau, harus punya orangtua dengan ekonomi berkecukupan.”
b.      Latar Tempat
1)      “ Hari itu, aku janji menjemput Mas Herdi, untuk pergi bersama-sama ke acara ulang tahun anaknya Pak Samsu, bosnya Mas Herdi di daerah Jalan Bangau VI, Jakarta. ”
2)      “Ketika motor berhenti di depan gerbang sekolah, aku langsung turun, dan memberikan uang seribu ke Dilan yang masih duduk di motornya. Itu adalah uang yang sudah aku siapkan sebelum sampai.”
3)      “Di kelas, sebelum pelajaran dimulai, aku ngobrol sebentar dengan Rani dan Wati, soal kejadian Dilan berantem dengan Anhar dan resiko yang akan didapat oleh Dilan berupa pemecatan. Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan. Aku cuma bisa bingung!”
4)      “Di kamar tidur, aku merasa tak berdaya, gelisah dan bingung. Aku begitu Ielah namun benar-benar tak bisa tidur. Sebagian dan diniku bergolak dalam kecemasan dan ketakutan. Pikiranku sepenuhnya dipenuhi oleh banyak pertanyaan dan gelis.ah. “
5)      “Kami menyusuri Jalan Mutiara, terus ke JaPan Buah Batu, keialan Karapitan, keialan Sumbawa, keialan Aceh, terus ke Jalan Merdeka tempat di mana BIP itu berada.”
c.       Latar Waktu
1)      “ Waktu itu, tanggal 22 Desember 1990, sekitar pukul tiga sore, aku dan Dilan berdua naik motor menyusuri Jalan Buah Batu untuk mengantar aku pulang. ”
2)      “ Itu sudah Sabtu sore, tanggal 7 Juni 1997. ”
3)      “Setelah mengantar aku pulang, hujan belum sepenuhnya reda. Aku langsung ingin segera bertemu lagi dengan Dilan, sedetik sehabis dia pamit!Sehingga keputusan sekolah yang akan memecat Dilan, pastinya langsung memberi efek mendalam dan begitu sangat kupikirkan! Dengan kata lain, malam itu, aku merasa gelisah!”
4)      “Kira-kira pukul delapan, aku telepon Dilan, entah untuk apa, tetapi itu yang kulakukan. Bi Diah yang ngangkat.”
5)      “Hari Sabtunya,pagipagi,orang-orang di rumah pada sibuk dengan kegiatannya masing-masing.”
6)      “Menjelang magrib, kami pulang, yang nyetir mobil adalah ayahku karena Bang Fariz pulang ke kosannya dengan memakai motornya.“
7)      “Hari Kamis, tanggal 27 Desember 1990, acara Porseni di sekolahku dimulai. Porseni adalah akronim dan Pekan Olahraga dan Kesenian. Berbagai kegiatan olahraga dan kesenian diselengganakan dalam bentuk acara perlombaan.”
8)      “Kamis, tanggal 3 Januari 1991, sekolah mulal masuk lagi, tapi belum ada kegiatan belajar.”
9)      “Hari itu, Rabu, tanggal 13 Februari 1991, Pak Dedi mengajar di kelasku.”
d.      Latar Suasana
1)      Bahagia
“ Rasanya, jalan itu, Jalan Buah Batu itu, bukan lagi milik Pemkot, bukan lagi milik Bapak Ateng Wahyudi (Wali Kota Bandung waktu itu), melainkan milik aku dan Dilan. Sebagai keindahan yang nyata bahwa Dinas Bina Marga telah sengaja membuat jalan itu memang khusus untuk kami. Khusus untuk merayakan hari resmi kami mulai berpacaran pada hari itu. ” (2016:28-29)
2)      Senang
Berasa sangat dingin, tetapi pada kenyataannya, menyenangkan! Berdua dengan Dilan, bersama cinta yang dapat dirasakan tanpa perlu banyak penjelasan!
3)      Romantis
Itulah harinya, hari yang kuingat, sebagai hari yang menyenangkan bagiku, berdua di atas motor dalam guyuran hujan akhir Desember, pada tahun 1990, di Bandung.
4)      Bimbang
Saat itu, sebenarnya aku ingin membahas soal serius, yaitu soal kemungkinan Dilan akan dipecat oleh sekolah. Tapi aku tidak ingin merusak suasana, dan sepertinya dia juga tidak ingin membicarakan soal itu.
5)      Bingung
Aku betul-betul masih bingung dan sangat emosional saat itu. Kutepis tangannya untuk meyakinkan dia bahwa bukan saatnya untuk bercanda. (2016: 84)
6)      Semangat
Piyan menceritakannya dengan penuh semangat(2016:58)
7)      Kesepian
Pukul delapan malam. aku bangun. Bumi rasanya sepi sekali. Entah bagaimana, aku selalu merasa kesepian, setiap saat aku sedang rindu ke Dilan. Aku selalu merasa ingin ada dirinya, setiap kali dia tak ada. Aku akan merasa sunyi, setiap aku tidak mendengar kabar Dilan. (2016:139)
8)      Tertekan
Saat itu, aku betul-betul merasa tertekan dan bin gung. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan bers amaan dengan aku juga tidak bisa membiarkan Dilan melakukan balas dendam. (2016:142)
3.      Alur
Alur pada novel Dilan bagian kedua ini ialah campuran
a.       Alur Maju
“ Malam ini, Minggu, tanggal 25 Januari 2015, pukul 22:19 Waktu Indonesia bagian Barat dan sepi, aku sedang di kamarku menikmati kopi susu, setelah tadi baru selesai shalat Isya, dan terus makan rambutan yang kubeli sepulang dari mengantar suamiku ke stasiun kereta api karena ada urusan pekerjaan di Cirebon. Sedangkan, anakku sudah tidur di kamarnya dari sejak pukul sembilan tadi. ” (2016:13-14)
b.      Alur Mundur
Dilan juga sama, waktu itu masib remaja, yaitu masih anak remaja yang harus dimakiumi kalau punyajiwa pemberontak dan tidak suka diatur. Yaitu, anak remaja yang masih harus dimakiumi kalau kadang-kadang tidak bisa menahan keinginannya. Yaitu, anak remaja yang masih harus dimakiumi kalau unek-unek di dalam hatinya suka berubah menjadi rasa dendam karena disimpan.
4.      Sudut Pandang
Dalam novel ini sudut pandang yang digunakan penulis adalah orang pertama pelaku utama.
Bukti : “Saat itu, aku masih remaja dan boleh dikatakan bel um dewasa, dan belum mampu menghadapi masalah dengan benar, sehingga harus makium kalau kadangk adang ketika berusaha menyelesaikan satu masalah justeru malah menimbulkan masalah yang Iainnya.”
5.      Tokoh dan Penokohan
a.       Milea  
1)      Setia
2)      Khawatiran
“Sebab, aku sudah berulang kali bilang ke Dilan bahwa aku cemas, bahwa aku risau karena takut ada hal-hal buruk yang akan menimpanya kalau dia berantem. Dan, malam Itu, dia malah mau berantem .”
3)      Emosian
“Ikuti mauku!”
Dilan diam, memandangku.
“Ikuti mauku, jangan nyerang! Atau, kita putus!!!” kataku.
b.      Dilan
1)      Humoris
“Malahan, kalau kamu ninggalin aku, aku gak bisa apa-apa,” kata Dilan.
Aku diam.
“Bisaku cuma mencintaimu,” katanya tersenyum.
2)      Romantis
“Ngapain bawa banyak orang?TM kutanya.
 “Mau ngerayain kita jadian” jawab Dilan.
3)      Pintar
“Dilan pun termasuk orang yang cerdas dan pintar di kelasnya, buktinya dia selalu mendapatkan ranking satu atau dua.”
c.       Ibunya Milea
1)      Penuh Kasih Sayang
 “Aku jelaskan semuanya ke Ibu, sampai detail. Ke mudian Ibu memelukku dan membiarkan aku terus menangis.”
d.      Ayahnya Milea
1)      Menghargai orang lain
“Lia ngantuk, Yah” jawabku.
“Ngobrol, Iah, dulu.”
Aku menebak Ayah merasa tidak enak ke Yugo kalau aku tinggal tidur.
2)      Perhatian
“Kusandarkan kepalaku di bahunya, seolah berusaha mencari rasa nyaman. Kemudian, Ayah merangkulkan tangannya seolah mengerti apa yang sedang kupikirkan. “
e.       Bundanya Dilan
1)      Pengertian kepada Milea
“Silakan nangis dulu, Nak,” kata Bunda. “Jangon dipendem.”
Tangisanku malah makin menjadi.
“Ibumu ada?” tanya Bunda kemudian.
Aku diam. Kudengar Bunda mendesah bagai sedang melepaskan rasa gundah karena ikut merasakan kesedih aku dan juga bingung.
2)      Humoris
“Nanti, Dilan sekolah di mana?” kutanya Bunda.
“Aaah .... Banyak sekolah jawab Bunda. “Gak usah risau”
Aku diam.
“Kalau perlu di Antartika” kata Bunda. Pasti dia bercanda. (2016:211)
f.       Ayahnya Dilan
1)      Tegas
 Dilan akan baik-baik saja. Polisi tahu kalau Dilan itu anak Letnan ical, jadi mereka cuma mau ngasih tahu saja dan jika perlu Dilan akan segera dibebaskan. Tapi, ayah Dilan melarang. Dia minta Dilan ditahan kalau perlu sampal seminggu. Itu, katanya, biar jadi pelajaran buat Dilan sehingga dia jadi jera. (2016:181)
2)      Humoris
“Nanti, saya ajak ayahmu panco,” kata ayahnya Dilan sambil ketawa. “Saya harus menang.”
“Kenapa?” kutanya sambil senyum.
“Biar anaknya bolehdinikahi anak saya.”
“Hahaha.” (2016:219)
g.      Beni : Ikhlas Milea punya pacar baru
h.      Wati
1)      Pengertian akan semua kondisi Milea
“Kami duduk bertiga di ruang tamu. Kupeluk Wati untuk nangis. Wati mengelus rambutku dengan lembut, beru saha membuat aku tenang. “
i.        Bang Adi : Membosankan
j.        Piyan
Bijak
Dipikir-pikir, bener juga apa yang pernah dikatakan oleh Piyan. Mungkin, semuanya adalah hal buruk, tetapi kita masih bisa bersyukur bahwa Dilan masih ada, walau sekarang di penjara, tetapi kita masih bisa bertemu den gannya. Itu lebih baik daripada Dilan masuk rumah sakit dan tidak tertolong.
k.      Yugo
1)      Merendahkan orang lain
“Kenapa?”
“Kampungan.”
“Kenapa gitu kutanya.
“Ada pepatah: You are what you soy. Bicaranya tidak intelektua .”
2)      Terlalu percaya diri
Tante Anis juga bilang, katanya apa yang dilakukan oleh Yugo adalah karena Yugo beranggapan bahwa ha sudah menjadi pacarnya. Katanya, hal itu dimulai sejak Tante Anis menjodoh-jodohkan Yugo dengan ha di rum ahnya.
l.        Akew
1)      Peduli
Sesampainya di sana, aku melihat sudah ada sekitar empat orang di warung Bi Eem, termasuk Akew, yang sedang berusaha mengobati luka pada wajah Dilan.
m.    Ibu Rini : Sayang kepada Dilan
n.      Ibunya Anhar
1)      Plin plan
“Terus, kakaknya Anhar mukulin Dilan? Itu gimana?” kata Bunda lagi. “Ibu lapor polisi gak?”
“Namanya juga anak muda, Bu,” jawab Ibunya Anhar.
“Aaah. Kenapa pas bagian anak Ibu, Ibu minta di maklum?”
o.      Ibu Retna : Baik telah menyampaikan surat yang dikirim Dilan
p.      Mas Hardi : Baik
6.      Amanat
a.       Jangan mengambil keputusan saat emosi jika tidak ingin ada penyesalan pada akhirnya.
b.      Jika memang sudah cinta,jangan terlalu mengekangnya.
c.       Jangan jadikan hubungan sebagai ancaman ketika sedang ada masalah.
C.      Gaya Bahasa (Majas)
1.      Metonimia
a.       “Kemana-mana selalu memakai motor CB Gelatik yang sudah ia modif”
b.      “Gak lama dari itu, Wati dan Piyan dating menggunakan sepeda motor Honda Super Cup.”
c.       “Isinya adalah beberapa makanan ringan dan dua botol minuman coca-cola.”
d.      “Lalu,aku kesana dan kudapati Yugo sedang mengobrol sama ayah membahas mobil Katanya Yugo. “
e.       ““Mau?” katanya ke Wati dan Piyan menawarkan permen karet Yosan dan permen Jagoan Neon yang dulu sangat popular.”
f.       “Tiba-tiba,ibu masuk,dia membawa beberapa roti yang sudah diracik dengan coklat dan dimasukkan ke dalam Tupperware.”
g.      “Bunda akhirnya memang datang menggunakan mobil Nissan Patrolnya.”
2.      Retorik
a.       “Karena kalau benar bagimu kata-kata itu tidak penting,lalu mengapa engkau sakit hati ketika mendapat kata-kata makian?”
b.      “Kalau kuingat lagi kejadian di depan Trina malam itu, sampai sekarang aku masih suka bertanya-tanya. Kenapa, sih, dulu aku sampai segitunya ke Dilan? Kenapa, sih, dulu harus marah-marah ke Dilan? Kenapa, slh, dulu harus pake ngancam-ngancam putus segala?Tidak bisakah aku bicara secara baik-baik kepadanya? “
c.       “Siapakah rombongan motor yang awal tadi? Apakah rombongan motor kedua masih rombongan yang itu juga? Atau, itu rombongan motor yang lain? “
3.      Asosiasi
a.       “Gausah disuruh” kataku berseru bagai bisa menembus suara hujan.
b.      “Suaraku seperti mampu menembus deras hujan.”
c.       “Aku seperti sedang membawa dunia di punggungku di dalam ketakutan,di dalam kecemasan,di dalam kemarahan.”
d.       “Semua benda yang ada di rumah bagai kaku membisu seolah-olah hanya aku,Dilan dan si Bibi yang hidup di dunia.”
4.      Personifikasi
a.        “Saat kupandang juga dirinya,kenangan masalalu mulai membayangiku.”
b.      “Aku menangis seluruh dunia terdengar seperti mendengung.”
c.       “Ini sedang berpacu dengan waktu,jangan sampai telat karena pukul 21.01 aku harus segera naik ke kasur kalau mau tidur bareng Dilan.
d.      “Suara deru motor merobek kesunyian.“
e.       “Semua pikiran dan perasaan mengenai soal itu betul-betul berkumpul memenuhi kepalaku.”
5.      Sinestesia
a.       “Itu pacarmu?” tanya Beni tersenyum kecut, ketika dia sudah duduk di dalam mobil yang sudah slap mau pergi.
b.      “Kata-katanya selalu akan bisa membuat perasaanku melambung.”
c.       “Pikiranku sepenuhnya melayang ke Dilan.”
d.      “Bumi rasanya sunyi,tetapi menekanku!.”
e.       “Betapapun hal itu akan membuat aku merasa sunyi dan hanyut oleh rindu ke Dilan,tetapi itu lebih menyenangkan bagiku!”
6.      Anafora
a.       “Kamu bukan penguasa dunia ,bukan pemilik kebenaran ,jadi Dilan juga berhak untuk tidak menerima pendapatmu sama sebagaimana halnya kamu juga punya hak tidak menerima pendapatnya karena Dilan juga bukan Pemilik Kebenaran”
7.      Hiperbola
a.       “Pokoknya, Dilan sudah menyalakan api dan sihir di dalam diriku untuk percaya pada adanya cinta sejati.”
b.      “Bagaimana kemudian Dilan bisa mendekor ulang dan mengubah warna hidupku.”
c.       “Aku akan berusaha menceritakannya dengan jujur,dan dengan keadaan diriku yang kini sudah menjadi sarang rindu.”
d.      “Sebagian dari diriku bergolak dalam kecemasan dan ketakutan.”
e.       “Dia pasti bisa melihat aku menajamkan tatapan mataku.”
f.       “Hati Kang Adi harusnya langsung merasa tercabik oleh sebetan pedang yang tak Nampak! Maksudku kalau hati Kang Adi tidak terbuat dari baja.”
8.      Antitesis
a.       “Perasaanku,terasa lebih deras dari hujan dan melambung lebih ringan dibanding udara.”




Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer